Rabu, 17 September 2014
Perkembangan Teknologi
Penjelasan Perkembangan Internet, Smartphone dan Sosial
Media
Di era sekarang, teknologi sangat erat
kaitannya dengan Internet. Perkembangan internet itu
sangat mempengaruhi kehidupan sosial serta cara berkomunikasi seseorang.,
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII),
pengguna internet di Indonesia terus mengalami peningkatan. Tahun 1998 hanya
500ribu orang yang menggunakan internet, namun dimulai pada tahun 2012 pengguna
internet meroket menjadi 63juta orang. Angka itu bahkan diprediksi akan terus
meninggkat menjadi 139juta orang pada tahun 2015.
Perkembangan yang terjadi terhadap telepon genggam juga
semakin mempermudah komunikasi melalui sosial media maupun internet. Hanya dari
sebuah handphone kita bisa mendapatkan begitu banyak informasi secara
singkat. Smartphone , itulah sebutan untuk handphone canggih
yang dapat berfungsi hampir sama dengan sebuah computer jinjing atau laptop
namun berukuran jauh lebih kecil. Bila dilihat dari sudut pandang ini, kemajuan
teknologi memberikan kita kesempatan untuk hidup secara lebih mudah. Hal
tersebut merupakan kemudahan untuk mendapatkan atau juga menyebarkan informasi
yang diinginkan.
Perkembangan teknologi pada masa
kini yang terus berkembang, sehingga membuat Internet serta banyak sosial media
juga semakin berkembang. Walaupun belum ke seluruh bagian Indonesia, namun
hal-hal berbau kemajuan teknologi tersebut telah tersebar ke hampir seluruh
lapisan masyarakat Indonesia. Kebanyakan orang yang mengakses internet atupun
sosial media di Indonesia ini adalah mereka yang menggunakan handphone.
Berdasarkan riset dari lembaga AC Nielsen juga tercatat 95% pengguna ponsel di
Indonesia memanfaatkan alat tersebut untuk mengakses Internet. Kini terasa
seperti tidak ada batasan dengan orang lain meski mereka berjarak ratusan ribu
kilometer dari lokasi seseorang. Hal itu terjadi karena kemajuan di teknologi
masa kini. Konsep McLuhan terbukti benar, kini khususnya di Indonesia, banyak
sekali manusia yang bergantung pada teknologi dan sangat sulit untuk lepas dari
hal-hal seputar teknologi. Bahkan bisa dibilang di era ini bila seseorang tidak
menggunakan teknologi-teknologi tersebut, orang tersebut tidak dapat diterima
dengan baik di lingkungannya (contoh: dalam pekerjaan, beberapa perusahaan
memiliki syarat khusus mengenai kemampuan menggunakan berbagai teknologi).
Kemajuan teknologi dalam berkomunikasi massa ini telah membawa banyak dampak serta
perubahan dalam masyarakat.
Sumber : Perkembangan
Teknologi
Di era sekarang, teknologi sangat erat kaitannya dengan Internet. Perkembangan internet itu sangat mempengaruhi kehidupan sosial serta cara berkomunikasi seseorang., Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia terus mengalami peningkatan. Tahun 1998 hanya 500ribu orang yang menggunakan internet, namun dimulai pada tahun 2012 pengguna internet meroket menjadi 63juta orang. Angka itu bahkan diprediksi akan terus meninggkat menjadi 139juta orang pada tahun 2015.
Ilmu Komunikasi
Ilmu Komunikasi
Selamat datang di web Prodi Ilmu Komunikasi UMM. Pada tahun 2013 Prodi Ilmu Komunikasi berhasil MEMPERTAHANKAN akreditasi A berdasar Surat dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) 106/SK/BAN-PT/Ak-XV/S/IV/2013. Hal ini melengkapi capaian akreditasi institusi yang juga bernilai A. Pretasi lain, Prodi ini juga mendapatkan predikat Prodi terbaik tingkat universitas.
Prodi Ilmu Komunikasi UMM menjadi salah
satu Prodi di lingkungan UMM yang diandalkan. Hal ini terlihat dari animo
mahasiswa baru yang terus meningkat setiap tahun. Tidak itu saja, materi
kurikulum yang terus disesuaikan dengan perkembangan zaman, tetapi juga
mempunyai ciri khas yang tidak dipunyai Prodi Ilmu Komunikasi di Indonesia.
dalam aktualisasinya Prodi ini mengusung gerakan Literasi Media (Media
Literacy). Setiap proses belajar mengajar dan kegiatan akademis berada dalam
payung Literasi Media itu.
Gairah sivitas akademika juga sangat
terlihat.Di tingkat mahasiswa, Prodi ini memiliki kelompok peminat kajian.
Misalnya ada PR Club dan Eskalator (peminat kajian Public Relations),
Journalistic Club (peminat kajian jurnalistik), AV Club (peminat kajian Audio
Visual), Kociris (peminat kajian Riset Komunikasi), disamping ada Himpunan
Mahasiswa Komunikasi (HIMAKOM) dan Jurnalistik Fotografi Club (Jufoc).
Sementara itu, di tingkat dosen, ada
banyak tulisan yang tersebar di media cetak dan online serta buku-buku
komunikasi dihasilkan. Semua ini akan menambah kekuatan Prodi dalam
mengantarkan mahasiswa di di lapangan kerja nanti. Kajian keislaman dan muatan
mata kuliah bermuatan Islam juga menjadi kekuatan yang penting.
Selamat bergabung dengan Prodi Ilmu Komunikasi
UMM.
Please visit: FB : Komunikasi Umm
Twitter : @ikomUMM
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Sumber : Ilmu Komunikasi
Universitas Muhammadiyah Malang
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berdiri
pada tahun 1964, atas prakarsa tokoh-tokoh dan Pimpinan Muhammadiyah Daerah
Malang. Pada awal berdirinya Universitas Muhammadiyah Malang merupakan cabang
dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang didirikan oleh
Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Jakarta dengan Akte Notaris R. Sihojo
Wongsowidjojo di Jakarta No. 71 tang-gal 19 Juni 1963.
Pada waktu itu, Universitas Muhammadiyah Malang
mempunyai 3 (tiga) fakultas, yaitu (1) Fakultas Ekonomi,
(2) Fakultas Hukum, dan (3) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan
Pendidikan Agama. Ketiga fakultas ini mendapat status Terdaftar dari Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan,Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi pada tahun 1966 dengan Surat Keputusan Nomor
68/B-Swt/p/1966 tertanggal 30 Desember 1966.
Pada tanggal 1 Juli 1968 Universitas Muhammadiyah
Malang resmi menjadi universitas yang berdiri sendiri (terpisah dari
Universitas Muhammadiyah Jakarta), yang penyelenggaraannya berada di tangan
Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Malang, dengan Akte Notaris R. Sudiono,
No. 2 tertanggal 1 Juli 1968. Pada perkembangan berikutnya akte ini kemudian
diperbaharui dengan Akte Notaris G. Kamarudzaman No. 7 Tanggal 6 Juni 1975, dan
diperbaharui lagi dengan Akte Notaris Kumalasari, S.H. No. 026 tanggal 24
November 1988 dan didaftar pada Pengadilan Malang Negeri No. 88/PP/YYS/ XI/
1988 tanggal 28 November 1988.
Pada tahun 1968, Universitas Muhammadiyah Malang
menambah fakultas baru, yaitu Fakultas Kesejahteraan Sosial yang merupakan
fi‘lial dari Fakultas Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dengan demikian, pada saat itu Universitas Muhammadiyah Malang telah memiliki
empat fakultas. Selain itu, FKIP Jurusan Pendidikan Agama mendaftarkan diri
sebagai Fakultas Agama yang berada dalam naungan Departemen Agama dengan nama
Fakultas Tarbiyah.
Pada tahun 1970 Fakultas Tarbiyah ini mendapatkan
status yang sama dengan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (IAIN), dengan
Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 50 Tahun 1970. Pada tahun ini pula Fakultas
Kesejahteraan Sosial mengubah namanya menjadi Fakultas Ilmu Sosial dengan
Jurusan Kesejahteraan Sosial. Kemudian pada tahun 1975 Fakultas ini resmi
berdiri sendiri (terpisah dari Universitas Muhammadiyah Jakarta) dengan Surat
Keputusan Terdaftar Nomor 022 A/1/1975 tanggal 16 April 1975.
Fakultas yang kemudian ditambahkan adalah Fakultas
Teknik, yaitu pada tahun 1977. Pada tahun 1980 dibuka pula Fakultas Pertanian, kemudian menyusul Fakultas Peternakan. Antara tahun 1983 sampai dengan
1993, ditambahkan jurusan-jurusan baru dan ditingkatkan status jurusan-jurusan
yang suudah ada. Yang terakhir, pada tahun 1993 Universitas Muhammadiyah Malang
membuka ProgramPascasarjana Program Studi Magister
Manajemen dan Magister Sosiologi Pedesaan
Sampai tahun akademik 1994/1995 ini, Universitas
Muhammadiyah Malang telah memiliki 9 fakultas dan 25 jurusan/program studi
tingkat strata Si, dua program studi strata-S2, dan satu akademi /strata-D3
Keperawatan.
Pada rentang tiga puluh tahun perjalanan UMM ini
(1964- 1994), perkembangan yang paling berarti dimulai pada tahun 1983-an.
Sejak saat itu dan seterusnya UMM mencatat perkembangan yang sangat
mengesankan, balk dalam bidang peningkatan status Jurusan, dalam pembenahan
administrasi, penambahan sarana dan fasilitas kampus, maupun penambahan dan
peningkatan kualitas tenaga pengelolanya (administrasi dan akademik).
Tahun 2009, UMM menggabungkan Fakultas Pertanian dan Fakultas
Peternakan-Perikanan menjadiFakultas Pertanian dan Peternakan agar
sesuai dengan konsorsium Ilmu-ilmu Pertanian.
Dalam bidang sarana fisik dan fasilitas akademik, kini
telah tersedia tiga buah kampus: Kampus I di Jalan
Bandung No. 1, Kampus II di Jalan
Bendungan Sutami No. 188a, dan Kampus III (Kampus
Terpadu) di Jalan Raya Tlogo Mas. Dalam bidang peningkatan kuantitas dan
kualitas tenaga akademik, telah dilakukan (1) rekruitmen dosen-dosen muda yang
berasal dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di pulau Jawa, (2) Peningkatan
kualitas para dosen dengan mengirim mereka untuk studi lanjut (S2 dan S3) di
dalam maupun di luar negeri.
Berkat perjuangan yang tidak mengenal berhenti ini,
maka kini Universitas Muhammadiyah Malang sudah menjelma ke arah perguruan
tinggi alternatif. Hal ini sudah diakui pula oleh Koordinator Kopertis Wilayah VII yang pada
pidato resminya pada wisuda sarjana Universitas Muhammadiyah Malang tanggal 11
Juli 1992, mengemukakan bahwa UMM tergolong perguruan tinggi yang besar dan
berprospek untuk menjadi perguruan tinggi masa depan.
Dengan kondisi yang terus ditingkatkan, kini
Universitas Muhammadiyah Malang dengan bangga tetapi rendah hati siap
menyongsong masa depan, untuk ikut serta dalam tugas bersama "mencerdaskan
kehidupan bangsa" dan "membangun manusia Indonesia seutuhnya"
dalam menuju menjadi bangsa Indonesia yang bermartabat dan sejajar dengan
bangsa-bangsa lain di dunia.
Sumber
: Universitas Muhammadiyah Malang
My Hometown Malang
Kota Malang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota yang berpenduduk 820.243 (2010) ini berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Luas wilayah kota Malang adalah 252,10 km2. Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, dan dikenal dengan julukan kota pelajar.
Sejarah
Gedung Balaikota Malang dilihat dari Alun-alun bundar Wilayah
cekungan Malang telah ada sejak masa purbakala menjadi kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah.[1] Selanjutnya, berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas fondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.[1][2]
Nama "Malang" sampai saat ini masih diteliti
asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali
sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal usul nama
"Malang". Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai
asal usul nama Malang tersebut.
Malangkuçeçwara (baca: Malangkusheswara) yang tertulis
di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah
bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua
prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengahyakni prasasti
Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di
satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya
bangunan suci Malangkuçeçwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh
kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah
gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang
dimana terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas
kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata, disebelah barat
kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang.
Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari
bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang, satu tempat di sebelah utara
kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang
bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari
kata Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh
banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut,
seperti Candi Jago dan Candi Kidal, yang keduanya merupakan
peninggalan zaman Kerajaan Singasari.
Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat
dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang
berasal dari nama bangunan suciMalangkuçeçwara itu. Apakah daerah di
sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar
daerah itu. Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir
tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya
Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : “………… taning
sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I
………”. Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : “ …….. di sebelah timur
tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa
yaitu ………” Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di
sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari
prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada
paling tidak sejak abad 12 Masehi.
Nama Malangkuçeçwara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang
berarti kecurangan, kepalsuan, dan kebatilan; angkuça (baca:
angkusha) yang berarti menghancurkan atau membinasakan; dan Içwara (baca:
ishwara) yang berarti "Tuhan". Sehingga, Malangkuçeçwara berarti
"Tuhan telah menghancurkan kebatilan".
Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu
pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau
“Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah
Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah
mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan
perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu
menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu
pula daerah tersebut bernama Malang.
Timbulnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para
ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang
sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota
Malang.
Setelah kerajaan Kanjuruhan, di masa emas
kerajaan Singasari (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih
ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah
pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar
tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian
mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan
menjadi satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang
sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh
bernama Kutobedah di desa Kutobedah. Adalah Sultan Mataram dari Jawa
Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah
mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.
Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada
umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi
kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar
memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga
sekarang, misalnya ''Ijen Boullevard'' dan kawasan sekitarnya. Pada
mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa
lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran
kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang
menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh keturunan
keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.
Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah
Malang dijadikan wilayah "Gemente" (Kota). Sebelum tahun 1964,
dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju
tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini
merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964,
kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkuçeçwara”. Semboyan
baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena
kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal usul kota Malang yang pada
masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari
tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkuçeçwara.
Kota Malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya
pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur
kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin
meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya
terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa
terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari
fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.
· Tahun 1767 Kompeni
Hindia Belanda memasuki Kota
· Tahun 1821 kedudukan
Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
· Tahun 1824 Malang
mempunyai Asisten Residen
· Tahun 1882 rumah-rumah
di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di bangun.
· 1
April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja
· 8
Maret 1942 Malang diduduki Jepang
· 21
September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia
· 22
Juli 1947 Malang diduduki Belanda
· 2
Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota
Malang.
· 1
Januari 2001, menjadi Pemerintah Kota Malang.
Sumber : My Hometown Malang
Langganan:
Postingan (Atom)